بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Kumpulan Contoh Hikayat Beserta Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Terbaru 2014 - Assalamu'alaykum sobat Education's, pada kesempatan kali ini admin akan share sebuah artikel kumpulan contoh hikayat terbaru loh.Oiya, sebelumnya mimin mohon maaf jika blog ini jarang banget updatenya.Selain fokus ujian, mimin juga banyak sekali tugas atau kegiatan di luar sekolah.Pokoknya super duper sibuk dehh, wkwk *maaf curhat dikit.Oke, kembali ke topik artikel.Bagi sobat yang ada tugas untuk mencari contoh hikayat beserta unsur intrinsik dan ekstrinsik nya, langsung aja artikel ini dapat sobat copas dengan memberikan sumber atau dijadikan referensi, hehe.
“ PERKARA SI BUNGKUK DAN SI PANJANG”
Mashudulhakk arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang
sulit sebagai ternyata dari contoh yang di bawah ini:
Hatta maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah.
Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari
adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai.
Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka
ditantinya 1) kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu
perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya.
Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami
perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua
itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang
sungai ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana
sungai itu. Maka kata orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah
kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak
hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua
bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi
itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali
ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu
merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang
bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan
apalah 2) hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana 3) hamba
hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh,
karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada istrinya,
"Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke
dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu,
"Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba
seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu.
Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu.
Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4) oleh si Bungkuk
air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi
itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan
mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga
tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit,
hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan
itu.
Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah,
hamba turutlah kata tuan hamba itu."
Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka
keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala
perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua
bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu.
Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia
makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu
akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya,
"Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu.
Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka mengarunglah
ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian itu maka
sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu.
Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada
Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu.
Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk,
"Istri siapa perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini.
Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba."
Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil
nikah dengan hamba."
Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu.
Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu
ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan itu, "Berkata
benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?"
Maka kata perempuan celaka tersebut, "Si Panjang
inilah suami hamba."
Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk, "Baik kepada
seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di
dalam tiga orang mereka itu.
Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian
maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si
Panjang itulah suami hamba."
Maka kata Masyhudulhakk, "Jika sungguh ia suamimu
siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat
duduknya?"
Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka
disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang
itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkah
perempuan itu istrimu?"
Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah
nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar,
mengatakan hamba ini tentulah suaminya."
Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya
berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan
mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia duduk?"
Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka
disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka
dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua,
sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
Maka kata orang tua itu, "Daripada mula
awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan
dan di mana tempat duduknya
Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu
pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah
disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah
salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk
akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka
disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu.
Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana
Masyhudulhakk itu.
Unsur Intrinsik dan ekstrinsik HIKAYAT
Judul
: Hikayat Mashudulhakk (perkara si bungkuk dan si panjang)
Unsur intrinsik :
·
Tema
: Kesetiaan dan Pengkhianatan dalam Cinta
·
Tokoh :
- Masyhudulhakk : arif, bijaksana, suka menolong, cerdik, baik hati.
- …Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu.
- Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
- …..Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk,"Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
- Si Bungkuk : setia pada istrinya, suka mengalah, mudah percaya.
- Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba.
- Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini.
- Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu.
- Si Panjang / Bedawi : licik, egois.
- Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!
- Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya.
- Istri Si Bungkuk : mudah dirayu, tidak setia, suka berbohong, egois.
- hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah.
- ….maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba.
- Setting :
- Tempat :
Sungai : turunlah perempuanitu ke dalam sungai
dengan orang Bedawi itu
- Suasana :
Mengecewakan: "Daripada hidup
melihat hal yang demikian ini, baiklah aku
mati.Setelah itu maka terjunlah ia
ke dalam sungai itu.
Membingungkan: Maka dengan demikian jadi
bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka
gemparlah.
- Waktu : tidak diketahui
- Alur : Alur maju
- Eksposisi :
- Mashudulhakk arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai.
- Komplikasi :
- ….serta dilihatnyaperempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!
- Rising action :
- Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba."
- Turning point :
- Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
- Ending :
- Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali.
- Poin of View :
- orang ke-3 :
- Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
- Amanat :
- Jangan berbohong karena berbohong itu tidak baik, merupakan dosa, dan hanya akan menimbulkan kerugian pada diri kita sendiri
- Bantulah dengan ikhlas orang yang membutuhkan bantuan
- Syukurilah jodoh yang telah diberikan Tuhan, yakini bahwa jodoh itu baik untuk kita
- Jangan mengambil keputusan sesaat yang belum dipikirkan dampaknya
- Jadilah orang yang bijaksana dalam mengatasi suatu masalah
Unsur ekstrinsik :
·
Nilai religiusitas : kita harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan
oleh Allah. Jangan pernah merasa iri dengan apa yang tidak kita miliki karena
apa yang te;ah diberikan Allah kepada kita adalah sesuatu yang memang terbaik
untuk kita. Janagn seperti yang ada pada hikayat mashudulhakk.
·
Nilai moral :
Janganlah sekali-kali kita memutar balikkan
fakta, mengatakan bahwa yang salah itu benar dansebaliknya, karena bagaimanapun
juga kebenaran akan mengalahkan ketidak benaran.
·
Nilai social budaya :
Sebuah kesalahan pastilah akan mendapat sebuah
balasan, pada hikayat ini diterangkan bahwa seorang yang melakukan keslahan
seperti berbohong maka akan did era sebanyak seratus kali. (Lalu didera oleh
Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali.)
·
Kepengarangan :
Hikayat mashudulhakk ini dari salah satu naskah lama
(Collectie v.d. Wall) dengan diubah di sana-sini setelah dibandingkan dengan
buku yang diterbitkan oleh A.F. v.d. Wall (menurut naskah yang lain dalam
kumpulan yang tersebut).Dalam Volksalmanak Melayu 1931 (Balai Pustaka) isi
naskah yang dipakai v.d. Wall itu diringkaskan dan sambungannya dimuat pula,
dengan alamat "Masyudhak".. Dinantinya.
“IBNU HASAN”
Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan,
bernama Syekh Hasan, banyak harta banyak uang, terkenal kesetiap negeri,
merupakan orang terkaya, bertempat tinggal du negeri Bagdad, yang terkenal
kemana-mana, sebagai kota yang paling ramai saat itu.
Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin,
menyayangi yang kekurangan, menasehati yang berikiran sempit, mengingatkan
orang yang bodoh, diajari ilmu yang baik, walaupun harus mengeluarkan biaya, berupa pakaian atau uang, karena itu banyak
pengikutnya.
Syekh Hasan saudagar yang kaya raya, memiliki seorang
anak, laki-laki yang sangat tampan, pendiam, dan baik budi, berusia sekitar
tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya.
Ibnu Hasan sedang lucu-lucuya, semua orang senang
melihatnya, apalagi orang tuanya, namun demikian anak itu, tidak sombong,
perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan sandang,
namun Ibnu Hasan sama suka bersolek, karena itulah kedua orang tuanya sangat
menyayanginya.
Ayahnya berfikir,”Alangkah salahnya aku, menyayangi
diluar batas, tanpa pertimbangan, bagaimana kalau akhirnya, dimirkai Allah Yang
Agung, aku pasti durhaka, tak dapat mendidik anak, mengkaji ilmu yang
bermanfaat.”
Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya,
diusap-usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa Ia harus mengaji, katanya
“Sekarang saatnya anakku, sebenarnya aku kuatir, tapi, pergilah ke Mesir,
carilah jalan menuju keutamaan.”
Ibnu Hasan menjawab,”Ayah jangan ragu-ragu, jangankan
jalan menuju kemuliaan, jalan kematianpun hamba jalani, semua kehendak orang
tua, akan hamba turuti, tidak akan ku tolak, siang malam hanya perintah Ayah
Ibu yang hamba nantikan.”
Singkat cerita, Ibnu Hasan yang akan berangkat
kepesantren, berpisah dengan kedua orangtuanya, hatinya sangat sedih, ibunya
tidak tahan menangis terisak-isak, harus berpisah dengan putranya, yang masih
sangat kecil, belum cukup usia.
“Kelak, apabila ananda sudah sampai, ketempat
merantau, pandai-pandailah menjaga diri, karena jauh dari orang tua, harus tahu
ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh dan menyombongkan diri, merasa lebih
dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu
perbuatanmu, hidupmu tidak akan senangkaena dimusuhi semua orang, tidak akan
ada yang mau menolong, kalau celaka tidak akan diperhatikan, berada dirantau
orang, kalau judes akan mendapatkan kesusahan, hati-hatilah menjaga diri jangan
menganggap enteng segala hal.”
Ibnu Hasan menjawab dengan takzim,”Apa yang Ibu katakan,
akan selalu kuingat dan kucatat dalam hati, doakanah aku agar selamat, semoga
jangan sampai menempuh jalan yang salah, pesan Ibu akan kuperhatikan, siang dan
malam.”
Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua
pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun,mereka berangkat berjalan kaki,
Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara Mairin mengikuti dari
belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun.
Perasaan sedih prihatin, kehujanan, kepanasan, selama
perjalanan yang makan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga dipusat
kota Negara Mesir, dengan selamat berkat do’a Ayah dan Ibunda, selanjutnya,
segera Ian menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya.
Pada suatu hari, saatba’da zuhur, Ibnu Hasan sedang di
jalan, bertemu seseorang bernama Saleh, yang baru pulang dari sekalah, Ibnu
Hasan menyapa,”Anda pulang dari mana?”
Saleh menjawab dengan sopan,”Saya pulang sekolah.”
Ibnu Hasan bertanya lagi,” Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!” yang ditanya
menjawab,”Apakah anda belum tahu?”
“sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar,
berhitung, menulis, mengeja, belajar tatakrama, sopan santun terhadap yang
lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan
aturan.”
Begitu Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut,
betapa girang hatinya, di segera pulang, menghadap kyai dan meminta izinya, untuk belajar
disekolah, guna mencari ilmu. Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya kamu
harapkan.”
Kyai berkata demikian, tujuan untuk menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya
alasan supaya mendapat pujian.
Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu,”Hamba ingin
menjelaskan mengapa hamba besusah payah tanpa mengenal lelah, mencari ilmu.
Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya,
tidak kekurangan uang, ternaknyapun banyak, hamba tidak usah bekerja, karena
tidak akan kekurangan.
Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat
memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah menunggal dunia, semua hartanya
jatuh ketangan hamba.
Tapi, ternyata tidak terurus karena saya tidak teliti
akhirnya harta itu habis, bukan bertambah. Distulah terlihat ternyata kalau
hamba ini bodoh.
Bukan bertambah mashur, asalnya anak orang kaya, harus
menjadi buruh. Begitulah pendapat saya karena modal sudah ada saya hanya
tinggal melanjutkan.
Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak
melebihiorang tua, paling tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan
melakukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang patih.”
Maka, yakinlah kyai itu akan bauk muridnya.
UNSUR INSTRINSIK
Ø Tema : Bakti seorang anak terhadap
orang tuanya
Ø Tokoh :
o Ibnu Hasan
o Syekh Hasan
o Ibu Ibnu Hasan
o Mairin
o Mairun
o Saleh
o Kyai guru
Ø Penokohan :
o Ibnu Hasan = Baik, tidak sombong, kalem, pendiam, penurut
o Syekh Hasan = Baik, Bijaksan, Penyayang
o Ibu Ibnu Hasan = Baik, Penyayang
o Mairin dan Mairum = Setia
o Saleh = Sopan
o Kyai guru = Baik
Ø Plot/Alur : Alur Maju
Ø Latar :
o Latar tempat = Negeri Bagdad, Mesir, Pesantren
o Latar waktu = Zaman dahulu kala, Saat ba’da Dzuhur
o Latar suasan = Mengahrukan, sedih, Prihatin
Ø Sudut pandang : Orang ketiga tunggal
Ø Amanat : Patuhlah kepda kedua orangtuamu, berbuat baiklah kesesama
manusia dan janganlah sekali-kali engkau menyombongkan diri.
UNSUR INSTRINSIK
Ø Agama : Menganut agama Islam
Ø Pendidikan : Ibnu Hasan baru saja ingin menuntut ilmu pada kyai
guru
Ø Adat istiadat : Sopan, mengasihi yg kekurangan, dll
Ø Status ekonomi : Syekh Hasan sangat kaya raya.
“Si Miskin”
Karena sumpah
Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari
keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal
sebagai si Miskin.
Si Miskin
laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari
rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja
Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara
beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan
berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu
dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya
berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya
mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si
Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi
istri itu makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah.
Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau
dapat, Kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke
pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah
ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si
Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga,
pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus
dimakannya mangga itu.
Setelah genap
bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama
Marakarmah (=anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Ketika menggali
tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah
tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai
kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan
yang komplet perlengkapannya.
Si Miskin lalu
berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna
Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya
yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera
Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan
menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja
Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli
nujum dari Negeri Antah Berantah.
Atas bujukan jahat
dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah
dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi
orangtuanya.
Ramalan palsu para
ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang
berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama
kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah
hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin.
Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena
disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke
laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari
Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan
bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib
Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan
raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan
dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan–jalan di tepi pantai, dijumpainya
Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya
pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan
menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani,
maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang
membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar
di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu
dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai
Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela.
Kemudian,
Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga.
Marakarmah selalu menolak menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah
dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara
suami-isteri itu.
Karena cerita
Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di
bawah pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa
puteri tersebut adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat
itu dibunuhnya.
Selanjutnya,
Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan
kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala
perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah
Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga
Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya,
Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu
Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi
raja di Palinggam Cahaya.
Unsur
Intrinsik dalam hikayat Si Miskin
1. Tema
: Kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan
hidup seseorang yang mengalami banyak rintangan dan cobaan.
2. Alur :
Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal
permasalahan sampai akhir permasalahan.
3. Setting/
Latar :
¯ -Setting
Tempat : Negeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan, Tepi
Pantai Pulau Raksasa, Kapal, Negeri Palinggam Cahaya.
¯ Setting
Suasana : tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan
4. Sudut
Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.
5. Amanat :
¯ Seorang
pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
¯ Janganlah
mudah terpengaruh dengan kata-kata oran lain.
¯ Hadapilah
semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan
rendah hati.
¯ Jangan
memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
¯ Hendaknya
kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
¯ Janganlah
kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
¯ Hidup dan
kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya
dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
Unsur
Ekstrinsik dalam Hikayat Si Miskin
1. Nilai Moral
Kita harus
bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
Jangan kita
terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
2. Nilai Budaya
Sebagai seorang
anak kita harus menghormati orangtua.
Hendaknya seorang
anak dapat berbakti pada orang tua.
3. Nilai Sosial
Kita harus saling
tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa
pamrih.
Hendaknya kita mau
berbagi untuk meringankan beban orang lain.
4. Nilai Religius
Jangan mempercayai
ramalan yang belum tentu kebenarannya.
Percayalah pada
Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
5. Nilai
Pendidikan
Kita harus saling
tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa
pamrih.
Jangan mempercayai
ramalan yang belum tentu kebenarannya.
Nah, itu tadi adalah artikel mengenai " Kumpulan Contoh Hikayat Beserta Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Terbaru 2014 " Semoga dengan artikel ini dapat membantu dan bermanfaat.Terima kasih telah berkunjung di blog ini.
kunjung back ya!
BalasHapuswww.tirmass.blogspot.com
terima kasih minn, izin copas ya.
BalasHapusterima kasih minn
BalasHapus