( Always give the best )

Sabtu, 17 November 2012

Cerpen (Cerita Pendek) Bertema Cinta Tanah Air


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Tema : Cinta Tanah Air
Cintailah Indonesia
(Oleh : Ramadhana Kurnia)
Indonesia……Indonesia…..Indonesia…..

Teriakan seperti itu terdengar jelang pertandingan sepak bola Indonesia menghadapi Thailand malam ini. Tidak termasuk rumah Pak Abi, anak-anaknya sangat optimis Indonesia bisa menang. Kecuali Fitri, sang kakak sulung yang tidak pernah yakin Indonesia bakal menang, “Thailand tetap lebih baik di banding Indonesia” katanya sambil duduk di kursi menunggu pertandingan mulai. “Jangan gitu kak, buktinya Malaysia sama Laos aja di abisin”, Haris si bungsu membalas. “Yaudah sekarang kita liat aja Indonesia mainnya gimana”, kata Aryo bijak. Pak Abi yang baru saja membeli makanan di luar hampir ketinggalan kick off-nya. “Sudah kick off belum?”, tanya Pak Abi. “Belum yah, kok lama banget sih beli makanannya?”, tanya Aryo. “Tadi belinya antri banyak banget”, balas ayah. Tak lama mereka berbincang kick off mulai, Babak pertama skor masih tanpa gol. “Yah kalo gini mah mana bisa ngalahin Thailand kayak Malaysia dan Laos”, sesal Haris. “Jelas ga bisa dong ris, Thailand itu raksasa ASEAN, bisa apa negara kecil kayak kita ngalahin Thailand?”, tanya Fitri. “iiihh…kakak ini gak punya rasa nasionalisme ya?”, geram Haris. Pak Abi langsung menenangkan,”sudah sudah jangan berkelahi, itu makanannya dimakan keburu dingin, mumupung babak kedua belum mulai”. Harapan Fitri terwujud, Thailand mencetak gol. “Apa kataku, Thailand masih terlalu tangguh”. Haris mulai kesal dengan ucapan kakaknya itu, “liat saja nanti pasti Indonesia menang”. Memang betul apa yang di kata Haris, Bambang Pamungkas mencetak dua gol pinalti dan mengalahkan Thailand. “Horee… Indonesia menang…..tuh kan kak liat sendiri gimana Indonesia sekarang? Thailand di libas” , Haris sambil berjoget di depan muka kakaknya. Fitri cemberut dan berkata, “gol pinalti aja bangga”. “Yang penting menang weee….”, Haris sambil menjulurkan lidahnya.
Pagi harinya Fitri sekolah, dan teman-temannya semua membicarakan kemenangan Indonesia. Fitri hanya terdiam kalau temannya membicarakan kemenangan Indonesia. “Fit, lo kok diem aja sih? Indonesia kan menang tadi malam”, tegur Devi. “iya nih masa’ timnas menang murung, gak ada nasionalismenya nih”, tambah Rini. “iya gue tau kok Indonesia hebat sekarang ini”, jawab Fitri. “Nah terus kenapa lo tetep murung? Apa yang bikin rasa cinta tanah air lo itu berkurang sih?”, tanya Erwin penasaran. “gak tau juga win”, jawab Fitri polos.
Tak lama kemudian guru Bahasa Indonesia masuk dan memberi tugas, “berhubung besok sekolah kita kedatangan tamu dari dinas pendidikan, kita akan membuat acara dan ibu menunjuk Fitri berpidato tentang kemenangan Indonesia”. Fitri terkejut dan tidak percaya. Namun akhirnya Fitri menerimanya.
Sampai di rumah di langsung masuk kamar tanpa memberi tahu adik-adiknya. “Kenapa tuh kak Fitri? Kesambet setan kali ya?”, tanya Haris. Aryo hanya menggelengkan kepala. Sejak dari sore hingga malam, Fitri terus mengunci kamarnya. Ternyata dia memutar otak berfikir membuat puisi nasionalisme, padahal rasa nasionalismenya sendiri tidak ada. “Gimana nih buat puisinya? Gue harus numbuhin rasa nasionalisme gue”, ucap dalam hatinya. Pepatah bilang ‘dimana ada niat disitu ada jalan’ , terbukti niat Fitri menumbuhkan rasa nasionalisme terwujud. Dengan cepat dia membuat puisi. Terdengar suara pintu di ketuk “kak, udah malam, keluar dulu makan malam kak”, ajak Aryo. Fitri bergegas keluar dan bergabung dengan keluarganya. “Kok dari pulang sekolah tadi mengunci diri terus di kamar?” , tanya ibu. “Yang lebih aneh bu, tadi pas pulang sekolah cemberut, eh sekarang girang banget, nakutin nih kakak, kesambet setan”, tambah Haris. Fitri hanya tersenyum dan berkata, “bu, Fitri baru sadar jika kita mncintai Negara kita sendiri rasa ingin mengharumkan Negara pasti timbul”. “Nah, gitu dong kak, nasionalismenya ada”, tambah Haris. Pagi hari itu, hari dimana Fitri akan menunjukkan rasa cinta pada tanah airnya sendiri. Karena semangat dia pergi ke sekolah dengan mengikat bendera merah putih di motornya dan di kepalanya. “Wah nasionalismenya tinggi nih kakakku” , kata Aryo sambil tersenyum. “Itu baru kakakku” , tambah Haris yang naik motor di bonceng Aryo. “Iya dong, kita kan tinggal dan hidup di Indonesia, selakunya kita mendukung dong, MERDEKA” , teriaknya.
Sesampai di sekolah dia hanya memasang muka senang dan percaya diri untuk berpidato. Dan benar saja, pidatonya sungguh luar biasa. Tamu dari dinas pendidikan terlihat senang dan bangga. Fitri menunjukkan rasa nasionalismenya dengan semangat 45. Teman-temannya pun heran dan tak ragu untuk memberikan tepuk tangan yang kencang dan meneriakkan Fitri….Fitri…Fitri…
Dan di akhir penampilannya di atas panggung berpidato, dia menghormati bendera lantas melepas ikat bendera kepalanya dan berteriak, INDONESIA.
• TAMAT •

Sekian dulu ya Cerpen (Cerita Pendek) tentang "Cinta Tanah Air" 
Sekali lagi, dimana ada kelebihan pasti ada kekurangannya juga, mohon maaf jika ada salah kata.Terima Kasih.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Cerpen (Cerita Pendek) Bertema Cinta Tanah Air

11 komentar:

  1. sharee cerpen terus ne
    tapi cerpen.a keren kk pengen baca tapi lge sibuk gk sempet
    bondowoso-jawa.blogspot.com

    BalasHapus
  2. posting trus sob, tingkatkan kreativitas berimajinasi dengan cerpen mu.. keep blogging

    BalasHapus
  3. Kalo bisa Indonesia menang terus, tapi kalau melihat kondidi sepak bola Indonesia saat ini kayaknya susah dech

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, iya ..
      kondisi sepak bola indonesia sangat mengecewakan :D

      Hapus
  4. Ayo Indonesia pasti bisa, yang penting pengurus PSSI kepentingannya hanya untuk memajukan sepak bola

    BalasHapus

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih karena telah berkunjung ke blog saya dan saya mohon agar anda berkomentar mengenai artikel yang sudah saya tulis, terimakasih ya....